Terjerumus pada TV Satellite
Siaran televisi dengan antena parabola dimana siaran dipancarkan melalui satelite yang diletakan diuar angkasa dengan titik koordinat tertentu. Bagi saya pribadi sudah tahu dari sejak SD karena didesa ada yang menggunakannya, namun tidak pernah tahu bagaimana dan apa isi tontonannya karena siaran tv dengan antena UHF yang ternyata istilahnya terrestrial sudah menyajikan hiburan yang lebih dari cukup.
Saat-saat tertentu melihat marketing TV parabola (paytv) menjajakan parabolanya di ruas jalan, terbesit keinginan untuk memasang dikontrakan, namun setelah lihat harga langganannya jadi pudar keinginan untuk melanjutkan dan alasan lain jarang nonton acara TV jadi untuk apa klo jarang ditonton, yang gratis (telesterial) saja tidak habis ditonton kok cari yang bayar tiap bulan (itulah terbesit dipikiran)
Setelah sekian lama, akhirnya terjerumus pada tv satellite dimulai dari Rumah kontrakan sepupu, dimana ada penghuni kontrakan yang berlangganan tv satellite dan sudah tidak mengontrak lagi namun antena parabolanya tidak diambil ditinggal begitu saja (mungkin tidak bisa membongkarnya) namun receivernya dibawa. Berawal dari ini keinginan untuk membeli receiver, search di toko online ternyata harga termurahnya rata-rata 150 ribu. wah 150 ribu duh ndak ah belum tentu juga bisa berfungsi optimal. Kemudian, muncul digital teristerial yang dikumandangkan oleh mentri kominfo Tifatul sembiring, namun rencana di Bali setahun lagi (saat itu), bersabar menunggu dan diakhir tahun akhirnya saya (nekat) beli receiver model combo dari skybox, setidaknya klo entar ada rejeki mau beli parabola tinggal pasang aja. selain itu juga dihitung harga set top boxnya selisih sedikit dengan combo (heran juga kok bisa mahal gitu). Setelah terbeli (online) dan sampai, saya pasang dan coba scan ternyata eh ternyata tidak ada siarannya. hehehehehe …. yah nih kan belum jadwal di Bali tunggu sebulan lagi.
Setelah Sebulan menunggu ternyata tidak ada juga siaran, sampai bulan ke dua tidak juga ada, akhirnya dengan sangat amat sedih dan menyesal saya kandangkan receiver kembali ke kotaknya, berharap tahun depan sudah ada siaran tv digital.
Nah saat iseng bertanya sama sepupu (yang punya kontrakan/rumah kost) tentang parabola yang kabelnya masuk kekamar yang telah ditinggalkan pengontraknya mengatakan bahwa sudah setahun kabel itu ada dan mau dibersihkan. teringat kembali dengan receiver yang sudah masuk kandang jadi saya berinisiatif untuk membersihkannya (hehehe) mindahin kabelnya ke tempat saya tepatnya.
Mencoba scan dan berhasil dengan channel palapa C band tepatnya channelnya topas TV (karena dishnya merupakan dish topas dan pointingnya masih ke palapa ) namun karena ukurannya memang khusus (4 feet) hingga yang bisa ditampilkan hanya sebatas dan optimal untuk topas TV, dan yang gratis (FTA) ada indomaret, beberapa siaran dakwah , berita antara (menjadi favorit) dan BNI.
Berusaha untuk mencari informasi transfonder siaran nasional, dinput dan scan ternyata dan hasilnya bisa terkunci namun signalnya sangat minim hingga siarannya tidak bisa tayang dengan lancar, kategori tersendat tidak pas untuk kasus ini lebih parah dari itu.
Berkeinginan untuk mengganti LNB dan menambahnya dengan yang baru berharap untuk mendapatkan semua siaran yang ada dipalapa dan telkom, namun tanya punya tanya ternyata 4 feet tidaklah optimal (menurut juragan pelapak online) untuk bisa cband palapa (maklum saja dish memang didesain khusus untuk topas TV), untuk menyakinkan ikut group satelite di facebook dan belajar dari sana sehingga diputuskan untuk tidak jadi membeli karena percuma pada akhirnya, dan puas dengan berita antara saja.
Berkat group satelit inilah akhirnya belajar tentang parabola, tipe dish, ukuran dish, tipe LNB beserta sifat dan karakteristiknya, cara merakit parabola, pointing, mengenal satelit dan masih banyak lagi yang lainnya, nah saat itu saya menemukan sebuah postingan tentang satelit (satelit lama dan sudah lama juga tidak berpenghuni) digunakan oleh perusahaan di Indonesia untuk broadcast siaran televisi dan yang menarik perhatian adalah untuk parabolanya bisa menggunakan dish kecil (yang rata-rata adalah dish dari paytv ukuran minimal berkisar 60cm sekitar 1.9 feet) dengan LNB ku band dan arah ke 980E yang artinya saya harus menggeser dish/parabola kearah Barat (azimut) dan turun beberapa derajat (elevasi) disinilah pengalaman pertama saya pointing ke sebuah satelit.
Dish/parabola saya turunkan dari balkon, taruh di depan garasi rumah kost dan mulai pointing (ikuti petunjuk cara pointing yang telah dibaca sebelumnya dari group satelit) dan Sebagai pelajar, tentu saja bukan hal mudah bagi saya, setelah geser kiri-kanan-atas-bawah akhirnya tidak ketemu juga. sampai akhirnya pemilik garase darang dengan mobilnya memaksa saya harus menyingkir, dilanjut esoknya (kebetulan hari Minggu). Malamnya kembali mempelajari cara pointing dan perangkat pendukung, termasuk aplikasi yang bisa diinstall di handphone (satfinder). beberapa kali tidak menemukan hasil keputus-asaan menerpa dan bermaksud untuk mengembalikan ke balkon kembali (karena digudang sudah tidak muat dan bikin istri dongkol melihat benda yang menurut dia adalah rongsokan) dan dibalkon saya arahkan ke barat sedang elevasi tetap (karena sudah dirubah saat dibawah) dan pasang begitu saja mengikuti arahan satfinder namun tanpa saya berusaha untuk scan memastikan pemasangan sudah benar atau tidak hanya terpikir kena ya syukur ndak ya lain kali di atur kembali yang penting tidak menuhin tempat dibawah. Selesai pasang dengan sedikit pengaturan, turun dari balkon, amati ternyata tidak ada signal (kecewa dikit) dan coba scan (walau tanpa signal) ternyata muncul transfonder dan berikutnya channel pun bermunculan. semangat kembali berkobar dan amati signal ternyata masih minim. bertekat naik balkon lagi untuk atur posisi dan lnb untuk optimalkan signyal.
Masih penasaran dengan apa yang terjadi bawah saya mencoba check dengan satfinder dan tembok balkon dan lantai 2 tetangga tepat berada dihadapan. nah ini sebabnya tidak ada hasil sama sekali saat dibawah. pelajaran berharga dalam kasus ini adalah perhatikan apa yang ada dihadapan dish/parabola, pohon sajabisa berpengaruh apalagi tembok. pelajaran lain adalah pilihlah perangkat pemandu pointing yang tepat dan pelajari cara menggunakannya. pelajaran lain adalah pelajaran telitidan sabar dalam proses pointing (bagi pelajar seperti saya) dan ini adalah latihan pertama yang sangat bermanfaat bagi pribadi saya.
Salam,
Made Artha